Sabtu, 26 April 2014

MAKALAH KEWARGANEGARAAN




I.                   PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
TNI AU adalah Tentara Nasional Indonesia yang bertugas untuk melaksanakan tugas TNI matra udara di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara  nasional sesuai dengan ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah di tentukan, melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan wilayah di udara, melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara.
             Tugas TNI Angkatan Udara adalah melaksnakan segala usaha, tindakan dan kegiatan dalam membentuk, memelihara serta meningkatkan kondisi atau keadaan jiwa anggota TNI AU beserta keluarganya terhadap hal-hal tertentu dalam hubungan waktu, tempat dan kondisi tertentu, berdasarkan pancasila, sumpah prajurit sapta marga, doktrin hankamnas, dan doktrin perjuangan ABRI “Catur Dharma Eka Karma” yang meliputi Pembinaan Mental Rohani (Binroh), Pembinaan Mental Ideologi (Bintalid), dan Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan (Bintra Juang)[1].
Pembinaan Mental dalam hal ini merupakan bantuan suatu pertolongan yang berupa nasehat-nasehat atau pelayanan yang diberikan kepada anggota TNI AU oleh para rohaniawan yang ada di Lanud Adisutjipto dalam usaha membantu menyelesaikan masalah atau problem.
Pembinaan yang diberikan oleh para petugas merupakan nasehat keagamaan, yaitu untuk mengingatkan kembali kepada sang pencipta dalam keadaan apapun, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, senang ataupun susah. Karena orang yang sedang menderita sakit atau ditimpa masalah terutama yang sedang dalam pantauan Bintal akan merasa cemas dan selalu digoncang oleh perasaan was-was, mental dan jiwanya menjadi tergoncang, baik pada dirinya maupun keluarganya.

Pembinaan merupakan komponen yang sangat penting dalam kerangka pembinaan, karena yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembinaan tentu haruslah dengan tenaga Pembina (Rohaniawan). Pembina yang dimaksudkan dalam hal ini adalah para rohaniawan yang bertugas di seksi Bintal itu sendiri[2]
Dalam Undang-Undang pertahanan dikatakan bahwa keadaan dan kemajuan negara akan mempengaruhi dan membuka kemungkinan-kemungkinan dalam pembangunan dan menentukan arah perkembangan kekuatan angkatan bersenjata Indonesia. Antara tahun 1959-1965, disaat Indonesia sebagai negara berkembang yang baru merdeka dan sedang berusaha bangkit kembali akibat penjajahan yang berkepanjangan untuk membangun perekonomiannya dari keterpurukan, dengan waktu yang cukup singkat telah mampu mempunyai angkatan bersenjata yang kuat dan modern dilihat dari segi peralatan militer dan personel yang dimiliki terutama kekuatan AURI. Bahkan kekuatan angkatan bersenjata Indonesia khususnya AURI saat itu telah bisa disejajarkan dengan negara-negara maju dan sudah lama merdeka. Satu hal yang terpenting adalah waktu akan menjadi saksi tentang pentingnya unsur perkembangan kekuatan udara bagi sebuah negara termasuk Indonesia dengan wilayah kedaulatan yang sangat luas.           

B.                 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1)      Bagaimana Konsep Bintal ?
2)      Apa implikasi pembinaan mental terhadap Prajurit TNI AU
C.                 Tujuan
Tujuan dari dari makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pokok-pokok Pembinaan mental TNI AU
2.      Untuk mengetahui proses dalam menumbuhkan karakter dan mental TNI AU.
3.      Untuk mengetahui sejauh manakah TNI AU. Bisa mengasah kemampuannya baik secara fisik maupun rohani agar bisa melindungi bangsa ini dengan baik .

























II.                PEMBAHASAN

A.                Pokok-pokok  Pembinaan Mental TNI Angkatan Udara
Pembinaan mental bagi prajurit TNI AU adalah merupakakan kebulatan dan keterpaduan tiga komponen yaitu :
1.                  Pembinaan Mental Rohani
Adalah Pembinaan Mental TNI AU aspek Rohani. Pembinaan Mental Rohani dilaksanakan melalui Pembinaan kehidupan keagamaan sesuai agama yang dianut. Semakin meningkat ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kualitas prajurit akan meningkat pula, sehingga moralitasnya tinggih, memiliki sikap hidup rukun, baik terhadap umat seiman, antar umat beragama, maupun antar umat beragama dengan pemerintah.
2.                  Pembinaan Mental Ideologi
Adalah Pembinaan Mental TNI AU aspek ideologi. Yang dimaksud ideologi di sini adalah pancasila sebagai filsafah dan ideologi negara, yang dikonkretkan sebagai satu-satunya asas bangsa indonesia untuk menghayati kehidupan masyarakat.
3.                  Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan.
Adalah Pembinaan Mental TNI AU aspek Tradisi Kejuangan.bertujuan untuk memupuk dan meningkatkan profesionalisme dan kejuangan prajurit berdasarkan nilai-nilai luhur yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia.
Komponen Bintal TNI AU merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, tidak dapat dipisah-pisahkan. Masing-masing komponen saling memperkuat satu sama lain[3]
B.                 Dasar dan Tujuan Pembinaan Mental TNI AU
a.    Dasar
1)        Pancasila
2)        Undang-Undang Dasar 1945
3)        Sapta Marga
4)        Sumpah Prajurit
5)        Keputusan Pangab Nomor Kep 101 / P / 1 / 1984, tanggal 20 januari 1984, tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur pusat Pembinaan Mental ABRI.
6)        Surat keputusan Menhankam / Pangab nomor Skep / 374 / IV 1976, tanggal 1 april 1976, tentang petunjuk Pelaksanaan Mental ABRI.
b.    Tujuan
Bertolak dari pengertian Pembinaan Mental TNI AU. Maka Tujuan Pembinaan Mental ABRI agar setiap anggota mampu secara profesional melaksanakan tugas yang senantiasa didasari oleh kesadaran dan ketahanan sebagai :
1)   Insan hamba Tuhan, yakni kesadaran beragama sebagai manusia susila yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemeluk agama yang saleh, mengaku kebesaran Tuhan Maha Pencipta, Maha kuasa, Maha Adil, dan bahwa hidup matinya berada di dalam kekuasaan-Nya serta sadar bahwa melaksanakan tugas dengan baik berarti juga melaksanakan amanat Tuhan. Ajaran-ajaran agama diamalkan baik di lingkungan rumah tangga, masyarakat, dalam kedinasan maupun kehidupan pribadi, guna mencpai kebahagiaan dunia dan akhirat.
2)   Insan politik pancasila, yakni kesadaran sebagai warga negara yang menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan yang berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
3)   Insan ekonomi pancasila, yakni kesadaran akan arti pentingnnya pembangunan ekonomi nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
4)   Insan sosial budaya pancasila, yakni kesadaran sebagai anggota masyarakat yang berbudaya.
5)   Insan penegak pertahanan keagamaan negara yakni kesadaran akan bertanggung jawab[4]
C.                Sasaran Yang Ingin Dicapai
Adanya gejala dan fakta yang mempengaruhi kondisi prajurit mengakibatkan penyimpangan yang perlu diperbaiki dan di sempurnakan. Dalam hal ini sasaran yang hendak dicapai dalam pencanangan Gerakan Back to Basic tersebut adalah :
a.                   Bidang Kejuangan
1)        Meningkatkan kesadaran untuk melaksanakan aturan-aturan dasar kehidupan, seperti : ketaatan dan kepedulian terhadap peraturan
2)        Terwujudnya kesadaran dalam mematuhi ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
3)        Mempertinggi kepedulian terhadap lingkungan di dalam maupun di luar satuan.
4)        Menyamakan visi dan misi kejuangan yang dialami antara generasi terdahulu dan generasi sekarang, sehingga tidak menimbulkan beberapa dampak yang memprihatinkan.
5)        Pemenuhan kesejahteraan dan sarana kehidupan dan penghidupan yang memadai, sehingga sebagai prajurit TNI tidak mencari tambahan penghasilan baik pada jam-jam dinas maupun di luar jam dinas.C
b.                  Bidang Profesionalisme
1)        Pemahaman dan penghayatan terhadap tugas dan tanggung jawab jabatannya.
2)        Mempertinggi keterampilan spesialisasi danmelaksanakan tugas-tugas dan jabatannya.
3)        Mempertinggih kemampuan dan mengantisipasi masalah yang berkaitan dengan tugas kesatuan.
D.                Subyek Pembinaan Mental
Subyek atau pelaksanaan Pembinaan Mental tidak hanya Pabintal saja, tapi mencakup seluruh pimpinan dari tingkat teratas sampai tingkat terbawah. Masing-masing sesuai dengan lingkup luas tanggung jawab dan dibantu oleh Pabital atau pejabat lain yang dinilai mampu untuk melaksanakannya. Ini berarti para Komandan Satuan (Dansat) mempunyai tanggung jawab yang besar dalam upaya Bintal memperoleh porsi yang memadai dalam rangkaian kegiatan pimpinan satuan
E.                 Obyek Pembinaan Mental
Dalam kenyataan kehidupan seorang prajurit TNI adalah pribadi yang berdiri sendiri, pribadi dalam hubungannya dengan kesatuan, dan pribadi dalam hubungan dengan keluarga dan masyarakat lingkungannya.oleh karena itu sasaran pembinaan mental TNI dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.    Prajurit TNI AU sebagai perorangan
b.    Kesatuan TNI AU
c.    Keluarga besar TNI AU
F.                 Metode dan Teknik Pembinaan Mental
Hakekat pembinaan mental bagi seorang prajurit adalah merupakan suatu kesatuan yang meliputi cipta (pikiran), rasa (perasaan) dan karsa (kehendak). Dalam pelaksanaan di lingkungan TNI AU, maka metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Santiaji dan metode Santi karma. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a.                   Metode Santiaji
Adalah merupakan kegiatan-kegiatan pembinaan mental yang bertujuan untuk dapat memiliki ketenangan bagi para prajurit TNI AU melalui pemberian dan pengalaman suatu ilmu. Dengan memiliki ilmu dapat mengamalkannya dengan kesadaran, seorang prajurit agar merasa dirinya tenang sehingga mampu memecahkan segala persoalan maupun masalah yang dihadapi dengan penuh kesabaran dan keyakinan yang berarti pula dapat melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
            Metode santiaji lebih  mengutamakan dan menitik beratkan kepada usaha-usaha meyakinkan, dimana setiap prajurit dibenarkan untuk menanyakan segala sesuatunya yang ia anggap bertentangan dengan perasaannya. Dengan kata lain santiaji membuka kesempatan yang seluas-luasnya adanya dialog dan komunikasi antara yang memberikan dan menerima santiaji, sehingga apa yang dilakukan berdasarkan ilmu yang sudah diyakini karena kesadaran bukan karena perasaan.
            Metode ini juga dilakukan dalam rangka pembinaan yang dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Dalam implementasinya dilakukan melalui proses sosialisasi dengan cara-cara edukasi di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal. Berbagai cara yang digunakan didalam pelaksanaan Santiaji ini antara lain :
1)   Penanaman melalu pelajaran atau pendidikan yaitu dalam proses belajar mengajar baik sejak awal rekruitmen menjadi anggota TNI, maupun selama menjadi seorang anggota TNI AU.
2)   Melalui latihan, yaitu pelajaran yang sifatnya teoritis dan digelar dilapangan. Disini semua halyang dianggap penting, “dipaksakan” untuk diterima sebagai wujud pembinaan bagi seorang anggota TNI AU.
3)   Persuasif, yaitu pembinaan yang sifatnya mengajak dalam rangka menyusun pikiran-pikiran dan pendapat sesuai pengalaman bersama untuk penyamanan persepsi[5] .antara lain:
a)    Penyajian didalam kelas (ruangan)
b)   Peragaan (petunjuk film, video, sandiwara)
c)    Ceramah
d)   Penerangan pasukan (penpas)
e)    Penyebaran buku-buku, brosur, atau panflet
f)    Diskusi atau sarasehan.
Metode yang dimaksud di sini adalah metode pembinaan, aitu cara yang dipergunakan dalam pembinaan mental yang bertujuan menanamkan dan meresapkan suatu kementriankepada para anggota hal ini adlaah warga TNI AU beserta keluarganya) .
1.                  Berdasarkan hasil pengumpulan data dan obserfasi lapangan. Kami menyimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam pembinaan kemanusiaan dalam arti; manusia sebagai hamba Tuhan yang patuh dan taat menjalankan perintah-Nya;manusia selaku  hamba Tuhan yang saleh dan turut bertanggung jawab atas keselamatan dan kemakmuran bersama;manusia pancasila yang terbentuk di hat nuraninya dengan sifat-sifat yang terpuji dan budi pekerti yang luhur, atau tegasnya manusia pancasila yang menghayati secara mendalam nilai sapta marga dan sumpah prajurit dan mengamalkan dengan penuh rasa tanggung jawab.
2.                  Metode penggunaan melalui masing-masing bidang
Metode yang digunakan dalam pembinaan mental agama islam pada warga TNI AU bidang penerangan dan penyuluhan, peribadatan dan pelayanan, pendidikan dan pengajaran,komunikasi dan teladan rawatan rohani.
G.                Sarana dan prasarana pembinaan mental
Dalam melaksanakan pembinaan mental di satuan, berbagai sarana pendukung sangat diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan tugas. Sarana dan prasarana TNI AU ada dua macam, yaitu bangunan fisik dan peralatan.
1)        Bangunan fisik seprti perpustakaan, Tempat ibadah, Aula, Monumen bersejarah, dokumentasi, dan kantor pegawai.
2)        Peralatan yang ada, yaitu : Sound system, mimbar, kursi, meja, brosur,computer, almari, papan kegiatan, papan program, papan personil, kasi bintal dan buku-buku petunjuk.
Semua itu adalah sarana dan prasarana yang ada dan biasa digunakan oleh kasi Bintal dan anggotanya dalam melaksanakan Pembinaan Metal.[6]
H.      Siklus Pelaksanaan Pembinaan Mental
Setiap petugas pembinaan mental dituntut untuk selalu bekerja dengan sistematis, aitu dengan mengindahkan “ siklus pembinaan mental”. Adapun lagkah-langkah “siklus pembinaan mental” tersebut sebagai berikut:
1)   Pengamatan dan penilitian terhadap obyek dan lingkungan serta permasalahan aktual yang ada hubungannya dengan pembinaan mental.
2)   Perencanaan sesuai dengan hasil pengamatan dan penilitian tersebut, baik yang bersifat menanamkan ataupun yang bersifat mengatasi masalah yang ada
3)   Pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, tetapi dengan selalu siap untuk sewaktu-waktu bila perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
4)   Evaluasi terhadap yang sudah dilaksanakan apakah ada hasilnya atau tidak.
5)   Hasil evaluasi tersebut dijadikan bahan penelitian untuk perencanaan peningkatan dan pengembangan Bintal seperti kesejarahan berikutnya.C
I.                   Program Kerja Bintal
Pembinaan mental sebagai salah satu bentuk kegiatan yang  berupa ajakan baik dalam bentuk tulisan, lisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi para anggota agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, siskap penghayatan serta pengamatan ajaran agama sebagai pesan yang disampaikan kepada mereka tanpa adanya unsur paksaan.
            Dalam pelaksanaan pembinaan mental pada anggota militer TNI AU mempunyai beberapa program yang di terapkan, seperti :
1)   Pembinaan Mental Rohani
2)   Pembinaan Mental Idiologi
Program kerja pembinaan mental idiologi ini adalah dilaksanakannya pemberian materi pembinaan kepada prajurit TNI AU dengan mengunakaan materi yang berpedoman pada: Pancasila, UUD 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional
3)   Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan
Program yang dilaksanakan oleh Pembina Mental ini yaitu: Menyelenggarakan upacara pada hari-hari besar Nasional;Menyelenggarakan upacara hari-hari besar TNI dan TNI AU; Mengadakan ceramah dan penyuluhan-penyuluhan Pembinaan tradisi kejuangan; Apel bersama TNI-POLRI untuk merapatkan barisan dalam mengawal keamanan NKRI dan kesejahteraan masyarakat; Menyelenggarakan upacara militer dan pemakaman anggota TNI AU yang masih aktif dan purnawirawan yang mempunyai tanda bintang jasa[7]
J.                  Materi Pembinaan
Materi bintal yang digunakan pada hakikatnya adalah materi yang mendukung pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan pemikiran bahwa Bintal TNI pada hakikatnya adalah upaya pembinaan sikap dan perilaku terpola sesuai dengan nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 dan TNI, maka materi dasar Bintal TNI adalah materi yang mengandung nilai-nilai tersebut, dengan segala bentuk perwujudan, penjabaran dan pengembangannya materi tersebut diarahkan untuk memberikan pemahaman pengetahuan yang kemudian akan menumbuhkan sikap mental dan perilaku.
            Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa anggota Seksi Pembinaan Mental, maka diperoleh data bahwa struktur materi berdasarkan komponen Bintal adalah seagai berikut :
1)   Materi Pembinaan MentalRohani (Binroh) bersumber pada nilai-nilai ajaran agama.
2)   Materi Pembinaan Mental Ideologi (Bintalid) yang bersumber pada nilai-nilai ideologi pancasila
3)   Materi Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan (Bintra Juang) yang bersumber pada nilai budaya dan tradisi keprajuritan bangsa indonesia.
K.                Implikasi Pembinaan Mental Prajurit TNI AU
Teori fungsional memandang masyarakat sebagai suatu lembaga sosial yang berada dalam keseimbangan; yang mempolakan kegiatan manusia berdasarkan norma-norma ang di anut bersama serta dianggap sah dan mengikat peran serta manusia itu sendiri. Lembaga-lembaga yang komplek ini secara keseluruhan merupakan system sosial yang setiap bagiannya saling teragantung dengan semua bagian yang lain; sehingga apabila terjadi perubahan dari salah satu bagian maka akan mempengaruhi bagian yang lain yang pada akhirnya mempengaruhi kondisi secara keseluruhan[8]
            Sesuai dengan teori di atas bahwa perubahan sosial yang terjadi di komplek TNI AU pada awalnya adalah upaya merubah sikap dan tingkah laku dari prajurit TNI AU. Perubahan tingkah laku dari prajurit inilah yang pada akhirnya membawa perubahan ke wilayah yang lebih luas yaitu kemanan, ketentraman, bahkan perubahan tingkah laku sesuai dengan pedoman Sapta Marga TNI yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan TNI AU.
            Pembinaan mental di kalangan militer merupakan upaya rehabilitas para prajurit di dalam menghadapi berbagai macam bentuk masalah, baik yang ditimbulkan dari dalam diri pribadi maupun yang ditimbulkan lingkungan masyrakat pada umumnya. Pembinaan mental yang diberikan adalah merupakan suatu bentuk kegiatan atau usaha psikologis untuk menanamkan ajaran agama dan dapat menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama, juga agar diri personil dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama sehingga dapat mencapai kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan serta sabar dan percaya kepada Tuhan di dalam hidupnya juga membentuk pribadi yang kuat imannya.
L.                 Konsep Penyelenggaraan Pembinaan Mental TNI AU
Dengan mengetahui perkiraan keadaan yang akan datang TNI dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat terjadi, baik dalam kaitan tugas pembangunan maupun dalam menjaga kelangsungan hidup bangsa dan negara[9].
            Keadaan yang akan datang mungkin dapat diidentifikasi, namun disadari bahwa realita tetap sulit dipastikan. Perubahan-perubahan akibat perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi demikian cepat dan mendasar, sehingga keadaan yang akan datang sulit untuk diramalkan dan serba tidak menentu. Dalam situasi demikian dan dihadapkan pada kepentingan pembangunan nasional umumnya, pembangunan pertahanan dan keamanan negara khususnya, langkah yang diambil oleh TNI yaitu mewujudkan TNI yang relatif kecil, tetapi efektif dan efisien dengan profesionalisme tinggi dan mental yang tangguh untuk itu pembinaan mental perlu lebih ditingkatkan peranannya.
            Perubahan-perubahan yang sangat cepat dan mendasar serta kepentingan pembangunan menuntut dikembangkannnya pembinaan mental agar mampu menunjang upaya-upaya untuk mewujudkan TNI yang memiliki ketahanan mental yang tangguh. Perubahan-perubahan membawa banyak pengaruh terhadap nilai budaya bangsa, baik secara positif maupun negatif. Nilai-nilai baru dapat memperkaya dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ada, namun sebaliknya dapat juga merupakan ancaman yang dapat mengubah bahkanmungkin merusak nilai-nilai budaya yang telah di yakini dan dihayati mampu membimbing bangsa indonesia mencapai cita-cita nasionalnya. Dalam kondisi demikian sangat diperlukan keuletan dan ketangguhan, untuk secara kenyal dapat menghadapi berbagai pengaruh yang timbul sebagai dampak dari perubahan-perubahan tersebut. Kenyal mengandung makna terbuka dan dapat mengakomodasi perubahan dan perkembangan namun tetap tidak berubah nilai hakikinya. Untuk itu dituntut kepekaan, daya tanggap dan kemampuan mengantisipasi dalam menghadapi tanda-tanda zaman. Di satu sisi dibutuhkan kemampuan untuk menyerap dan mengambil manfaat dari nilai-nilai baru atau asing yang mempengaruhi dan di sisi lain secara tangguh dan ulet menangkal dan menanggulangi pengaruh yang mengancam kelestarian nilai-nilai hakikinya.[10]
            Perubahan –perubahan dan permasalahan yang dihadapi tersebut, meliputi seluruh aspek kehidupan, yakni idiologi, pollitik, ekonomi, sosial budaya, agama dan Hankam. Oleh karena itu, Pembinaan TNI perlu diarahkan secara menyeluruh meliputi aspek kejiwaan, aspek fisik dan material serta operasi. Demikian pula pembinaan mental perlu diarahkan agar tidak hanya menonjolkan salah satu komponen, tetapi harus ssecara simultan terpadu dan seimbang antara ketiga komponen, yaitu pembinaan mental rohani, ideologi dan tradisi kejuangan[11].
            Dengan arah pembinaan seperti ini TNI mampu menangkap nilai yang berlaku dan nilai-nilai asing yang datang mempengaruhinya, mampu menilai mana nilai hakiki (instrinsik) yang harus dipertahankan dan mana nilai sementara (ekstrinsik) yang perlu disesuaikan. Dengan kemampuann menginterpretasikan seluruh situasi dan kondisi secara komprehensif ini TNI akan dapat membangun dirinya tanpa harus kehilangan kepribadiannya.
            Melalui penerapan Bintal fungsi komando akan lebih terjamin intensifikasi dan extensifikasi Bintal, serta keteraturan dan kesinambungannya. Dalam rangka pemantapan tersebut masalah penyamaan persepsi dan pemahaman tentang bintal TNI pada umumnya dan Bintal fungsi komando pada khususnya merupakan masalah utama dan pertama di samping perangkat pendukung seperti piranti lunak dan tenaga pelaksana.




III.             PENUTUP
A.                KESIMPULAN
Dalam makalah ini kita mampu mengetahui bagaimana para TNI AU mengasah kemampuannya bukan hanya fisik tapi juga rohani perlu di kembangkan agar prajurit-prajurit ini siap secara lahir dan batin. Serta perjuangan para TNI AU yang telah membela negara ini dalam menjalani tes yang tak mudah agar tercipta kulitas yang baik dari para TNI AU.

B.                 SARAN
Agar lebih efektif lagi dalam memilih prajurit-prajurit,memilih prajurit yang memang berkualitas baik dan bukan karena hanya uang yang membuat mereka menerimanya, tapi juga kualitas fisik dan rohani yang mampu menunjang terciptanya prajurit-prajurit yang berkualitas di indonesia.


[1] Markas Besar ABRI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Mental ABRI:(Jakarta:DIRWATPERSAU,1997), h.10.
[2] Dokumentasi Seksi Bintal Lanud Adisutjipto Yogyakarta tahun 2009.
[3] Markas Besar TNI, Himpunan Materi Pembinaan Mental TNI(Jakarta: Dinas Pembinaan Mental,1981), h.46-47
[4] Subdit Bintal Diswatpers TNI AU, Petunjuk pelaksanaan  Lapangan Pembinaan Mental Fungsi Komando(Jakarta : Kasubditbintal,1997), h.6-8
[5] Markas Besar TNI, Himpunan Materi Pembinaan Mental TNI(Jakarta:Dinas Pembinaan Mental,1981), h. 11-15
[6] Observasi di kantor Seksi Bintal pada tanggal  28 april 2009
[7] Wawancara dengan Drs. H. Subarto, Selaku Pembinaan Rohani Islam Bintal, di kantor seksi bintal tanggal 5 Des 2008
[8] Thomas F. O’Dea, Sosiologi agama, Terj: Tim Penerjemah Yasogama(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 1966), h.3.
[9] Mismar Anas, Materi Pelajaran Kursus PerwiraPembinaan Mental TNI Tentang Doktrin Penampilan TNI(Sad Daya Dwi Bakti 1994)(Jakarta : Mabes TNI, 1998), h.1-2
[10] Pada dasarnya hakikat penampilan TNI adalah kemampuan  mengidentifikasikan diri dalam setiap bentuk dan wujud pelibatan, serta dengan efektif dan efisienmenanggulangi tiap permasalahan di seluruh spektrum ancaman. (baca: Doktrin Penampilan TNI, h. 12.).
[11] Pangab, Petunjuk Lapangan Pembinaan Mental Fungsi Komando, (Jakarta: Mabes TNI No. Skep/431/VII/1992), h.14.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar