I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
TNI AU adalah Tentara Nasional Indonesia yang bertugas untuk melaksanakan
tugas TNI matra udara di bidang pertahanan, menegakkan hukum dan menjaga keamanan
di wilayah udara nasional sesuai dengan
ketentuan hukum nasional dan hukum internasional yang telah di tentukan,
melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan wilayah di
udara, melaksanakan pemberdayaan wilayah pertahanan udara.
Tugas TNI Angkatan Udara adalah melaksnakan segala usaha, tindakan dan
kegiatan dalam membentuk, memelihara serta meningkatkan kondisi atau keadaan
jiwa anggota TNI AU beserta keluarganya terhadap hal-hal tertentu dalam
hubungan waktu, tempat dan kondisi tertentu, berdasarkan pancasila, sumpah
prajurit sapta marga, doktrin hankamnas, dan doktrin perjuangan ABRI “Catur
Dharma Eka Karma” yang meliputi Pembinaan Mental Rohani (Binroh), Pembinaan
Mental Ideologi (Bintalid), dan Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan (Bintra
Juang)[1].
Pembinaan Mental dalam
hal ini merupakan bantuan suatu pertolongan yang berupa nasehat-nasehat atau
pelayanan yang diberikan kepada anggota TNI AU oleh para rohaniawan yang ada di
Lanud Adisutjipto dalam usaha membantu menyelesaikan masalah atau problem.
Pembinaan yang diberikan oleh para petugas merupakan
nasehat keagamaan, yaitu untuk mengingatkan kembali kepada sang pencipta dalam
keadaan apapun, baik dalam keadaan sehat maupun sakit, senang ataupun susah.
Karena orang yang sedang menderita sakit atau ditimpa masalah terutama yang
sedang dalam pantauan Bintal akan merasa cemas dan selalu digoncang oleh
perasaan was-was, mental dan jiwanya menjadi tergoncang, baik pada dirinya
maupun keluarganya.
Pembinaan merupakan komponen yang sangat penting
dalam kerangka pembinaan, karena yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu
pembinaan tentu haruslah dengan tenaga Pembina (Rohaniawan). Pembina yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah para rohaniawan yang bertugas di seksi Bintal
itu sendiri[2]
Dalam Undang-Undang pertahanan dikatakan bahwa
keadaan dan kemajuan negara akan mempengaruhi dan membuka
kemungkinan-kemungkinan dalam pembangunan dan menentukan arah perkembangan
kekuatan angkatan bersenjata Indonesia. Antara tahun 1959-1965, disaat
Indonesia sebagai negara berkembang yang baru merdeka dan sedang berusaha
bangkit kembali akibat penjajahan yang berkepanjangan untuk membangun
perekonomiannya dari keterpurukan, dengan waktu yang cukup singkat telah mampu
mempunyai angkatan bersenjata yang kuat dan modern dilihat dari segi peralatan
militer dan personel yang dimiliki terutama kekuatan AURI. Bahkan kekuatan
angkatan bersenjata Indonesia khususnya AURI saat itu telah bisa disejajarkan
dengan negara-negara maju dan sudah lama merdeka. Satu hal yang terpenting
adalah waktu akan menjadi saksi tentang pentingnya unsur perkembangan kekuatan
udara bagi sebuah negara termasuk Indonesia dengan wilayah kedaulatan yang
sangat luas.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari
makalah ini adalah :
1) Bagaimana
Konsep Bintal ?
2) Apa
implikasi pembinaan mental terhadap Prajurit TNI AU
C.
Tujuan
Tujuan dari dari
makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui pokok-pokok Pembinaan mental TNI AU
2. Untuk
mengetahui proses dalam menumbuhkan karakter dan mental TNI AU.
3. Untuk
mengetahui sejauh manakah TNI AU. Bisa mengasah kemampuannya baik secara fisik
maupun rohani agar bisa melindungi bangsa ini dengan baik .
II.
PEMBAHASAN
A.
Pokok-pokok Pembinaan Mental TNI Angkatan Udara
Pembinaan mental bagi prajurit TNI AU adalah
merupakakan kebulatan dan keterpaduan tiga komponen yaitu :
1.
Pembinaan Mental Rohani
Adalah Pembinaan Mental TNI AU aspek Rohani.
Pembinaan Mental Rohani dilaksanakan melalui Pembinaan kehidupan keagamaan
sesuai agama yang dianut. Semakin meningkat ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, kualitas prajurit akan meningkat pula, sehingga moralitasnya tinggih,
memiliki sikap hidup rukun, baik terhadap umat seiman, antar umat beragama,
maupun antar umat beragama dengan pemerintah.
2.
Pembinaan Mental Ideologi
Adalah Pembinaan Mental TNI AU aspek ideologi. Yang
dimaksud ideologi di sini adalah pancasila sebagai filsafah dan ideologi
negara, yang dikonkretkan sebagai satu-satunya asas bangsa indonesia untuk
menghayati kehidupan masyarakat.
3.
Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan.
Adalah Pembinaan Mental TNI AU aspek Tradisi
Kejuangan.bertujuan untuk memupuk dan meningkatkan profesionalisme dan
kejuangan prajurit berdasarkan nilai-nilai luhur yang telah disepakati oleh
bangsa Indonesia.
Komponen
Bintal TNI AU merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh, tidak dapat
dipisah-pisahkan. Masing-masing komponen saling memperkuat satu sama lain[3]
B.
Dasar
dan Tujuan Pembinaan Mental TNI AU
a. Dasar
1)
Pancasila
2)
Undang-Undang Dasar 1945
3)
Sapta Marga
4)
Sumpah Prajurit
5)
Keputusan Pangab Nomor Kep 101 / P / 1 /
1984, tanggal 20 januari 1984, tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur
pusat Pembinaan Mental ABRI.
6)
Surat keputusan Menhankam / Pangab nomor
Skep / 374 / IV 1976, tanggal 1 april 1976, tentang petunjuk Pelaksanaan Mental
ABRI.
b. Tujuan
Bertolak dari pengertian Pembinaan Mental TNI AU.
Maka Tujuan Pembinaan Mental ABRI agar setiap anggota mampu secara profesional
melaksanakan tugas yang senantiasa didasari oleh kesadaran dan ketahanan
sebagai :
1) Insan
hamba Tuhan, yakni kesadaran beragama sebagai manusia susila yang beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa, pemeluk agama yang saleh, mengaku kebesaran Tuhan
Maha Pencipta, Maha kuasa, Maha Adil, dan bahwa hidup matinya berada di dalam
kekuasaan-Nya serta sadar bahwa melaksanakan tugas dengan baik berarti juga
melaksanakan amanat Tuhan. Ajaran-ajaran agama diamalkan baik di lingkungan
rumah tangga, masyarakat, dalam kedinasan maupun kehidupan pribadi, guna
mencpai kebahagiaan dunia dan akhirat.
2) Insan
politik pancasila, yakni kesadaran sebagai warga negara yang menjunjung tinggi
hukum dan pemerintahan yang berlandaskan pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
3) Insan
ekonomi pancasila, yakni kesadaran akan arti pentingnnya pembangunan ekonomi
nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
4) Insan
sosial budaya pancasila, yakni kesadaran sebagai anggota masyarakat yang
berbudaya.
5) Insan
penegak pertahanan keagamaan negara yakni kesadaran akan bertanggung jawab[4]
C.
Sasaran
Yang Ingin Dicapai
Adanya gejala dan fakta
yang mempengaruhi kondisi prajurit mengakibatkan penyimpangan yang perlu
diperbaiki dan di sempurnakan. Dalam hal ini sasaran yang hendak dicapai dalam
pencanangan Gerakan Back to Basic tersebut adalah :
a.
Bidang Kejuangan
1)
Meningkatkan kesadaran untuk
melaksanakan aturan-aturan dasar kehidupan, seperti : ketaatan dan kepedulian
terhadap peraturan
2)
Terwujudnya kesadaran dalam mematuhi
ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.
3)
Mempertinggi kepedulian terhadap
lingkungan di dalam maupun di luar satuan.
4)
Menyamakan visi dan misi kejuangan yang
dialami antara generasi terdahulu dan generasi sekarang, sehingga tidak
menimbulkan beberapa dampak yang memprihatinkan.
5)
Pemenuhan kesejahteraan dan sarana
kehidupan dan penghidupan yang memadai, sehingga sebagai prajurit TNI tidak
mencari tambahan penghasilan baik pada jam-jam dinas maupun di luar jam dinas.C
b.
Bidang Profesionalisme
1)
Pemahaman dan penghayatan terhadap tugas
dan tanggung jawab jabatannya.
2)
Mempertinggi keterampilan spesialisasi
danmelaksanakan tugas-tugas dan jabatannya.
3)
Mempertinggih kemampuan dan mengantisipasi
masalah yang berkaitan dengan tugas kesatuan.
D.
Subyek
Pembinaan Mental
Subyek atau pelaksanaan Pembinaan Mental tidak hanya
Pabintal saja, tapi mencakup seluruh pimpinan dari tingkat teratas sampai
tingkat terbawah. Masing-masing sesuai dengan lingkup luas tanggung jawab dan
dibantu oleh Pabital atau pejabat lain yang dinilai mampu untuk
melaksanakannya. Ini berarti para Komandan Satuan (Dansat) mempunyai tanggung
jawab yang besar dalam upaya Bintal memperoleh porsi yang memadai dalam
rangkaian kegiatan pimpinan satuan
E.
Obyek
Pembinaan Mental
Dalam kenyataan kehidupan seorang prajurit TNI
adalah pribadi yang berdiri sendiri, pribadi dalam hubungannya dengan kesatuan,
dan pribadi dalam hubungan dengan keluarga dan masyarakat lingkungannya.oleh
karena itu sasaran pembinaan mental TNI dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Prajurit
TNI AU sebagai perorangan
b. Kesatuan
TNI AU
c. Keluarga
besar TNI AU
F.
Metode
dan Teknik Pembinaan Mental
Hakekat pembinaan mental bagi seorang prajurit
adalah merupakan suatu kesatuan yang meliputi cipta (pikiran), rasa (perasaan)
dan karsa (kehendak). Dalam pelaksanaan di lingkungan TNI AU, maka metode yang
digunakan adalah dengan menggunakan metode Santiaji dan metode Santi karma.
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a.
Metode Santiaji
Adalah merupakan kegiatan-kegiatan pembinaan mental
yang bertujuan untuk dapat memiliki ketenangan bagi para prajurit TNI AU
melalui pemberian dan pengalaman suatu ilmu. Dengan memiliki ilmu dapat
mengamalkannya dengan kesadaran, seorang prajurit agar merasa dirinya tenang
sehingga mampu memecahkan segala persoalan maupun masalah yang dihadapi dengan
penuh kesabaran dan keyakinan yang berarti pula dapat melaksanakan setiap tugas
yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya.
Metode santiaji lebih mengutamakan dan menitik beratkan kepada
usaha-usaha meyakinkan, dimana setiap prajurit dibenarkan untuk menanyakan
segala sesuatunya yang ia anggap bertentangan dengan perasaannya. Dengan kata
lain santiaji membuka kesempatan yang seluas-luasnya adanya dialog dan komunikasi
antara yang memberikan dan menerima santiaji, sehingga apa yang dilakukan
berdasarkan ilmu yang sudah diyakini karena kesadaran bukan karena perasaan.
Metode ini juga dilakukan dalam
rangka pembinaan yang dilakukan melalui pendidikan baik formal maupun non
formal. Dalam implementasinya dilakukan melalui proses sosialisasi dengan
cara-cara edukasi di lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun non formal.
Berbagai cara yang digunakan didalam pelaksanaan Santiaji ini antara lain :
1) Penanaman
melalu pelajaran atau pendidikan yaitu dalam proses belajar mengajar baik sejak
awal rekruitmen menjadi anggota TNI, maupun selama menjadi seorang anggota TNI
AU.
2) Melalui
latihan, yaitu pelajaran yang sifatnya teoritis dan digelar dilapangan. Disini
semua halyang dianggap penting, “dipaksakan” untuk diterima sebagai wujud
pembinaan bagi seorang anggota TNI AU.
3) Persuasif,
yaitu pembinaan yang sifatnya mengajak dalam rangka menyusun pikiran-pikiran
dan pendapat sesuai pengalaman bersama untuk penyamanan persepsi[5] .antara lain:
a) Penyajian
didalam kelas (ruangan)
b) Peragaan
(petunjuk film, video, sandiwara)
c) Ceramah
d) Penerangan
pasukan (penpas)
e) Penyebaran
buku-buku, brosur, atau panflet
f) Diskusi
atau sarasehan.
Metode yang dimaksud di sini adalah metode
pembinaan, aitu cara yang dipergunakan dalam pembinaan mental yang bertujuan
menanamkan dan meresapkan suatu kementriankepada para anggota hal ini adlaah
warga TNI AU beserta keluarganya) .
1.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan
obserfasi lapangan. Kami menyimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam
pembinaan kemanusiaan dalam arti; manusia sebagai hamba Tuhan yang patuh dan
taat menjalankan perintah-Nya;manusia selaku
hamba Tuhan yang saleh dan turut bertanggung jawab atas keselamatan dan
kemakmuran bersama;manusia pancasila yang terbentuk di hat nuraninya dengan
sifat-sifat yang terpuji dan budi pekerti yang luhur, atau tegasnya manusia
pancasila yang menghayati secara mendalam nilai sapta marga dan sumpah prajurit
dan mengamalkan dengan penuh rasa tanggung jawab.
2.
Metode penggunaan melalui masing-masing
bidang
Metode
yang digunakan dalam pembinaan mental agama islam pada warga TNI AU bidang
penerangan dan penyuluhan, peribadatan dan pelayanan, pendidikan dan
pengajaran,komunikasi dan teladan rawatan rohani.
G.
Sarana
dan prasarana pembinaan mental
Dalam melaksanakan pembinaan mental di satuan,
berbagai sarana pendukung sangat diperlukan untuk keberhasilan pelaksanaan
tugas. Sarana dan prasarana TNI AU ada dua macam, yaitu bangunan fisik dan
peralatan.
1)
Bangunan fisik seprti perpustakaan,
Tempat ibadah, Aula, Monumen bersejarah, dokumentasi, dan kantor pegawai.
2)
Peralatan yang ada, yaitu : Sound
system, mimbar, kursi, meja, brosur,computer, almari, papan kegiatan, papan
program, papan personil, kasi bintal dan buku-buku petunjuk.
Semua
itu adalah sarana dan prasarana yang ada dan biasa digunakan oleh kasi Bintal
dan anggotanya dalam melaksanakan Pembinaan Metal.[6]
H.
Siklus
Pelaksanaan Pembinaan Mental
Setiap petugas pembinaan mental dituntut untuk
selalu bekerja dengan sistematis, aitu dengan mengindahkan “ siklus pembinaan
mental”. Adapun lagkah-langkah “siklus pembinaan mental” tersebut sebagai
berikut:
1) Pengamatan
dan penilitian terhadap obyek dan lingkungan serta permasalahan aktual yang ada
hubungannya dengan pembinaan mental.
2) Perencanaan
sesuai dengan hasil pengamatan dan penilitian tersebut, baik yang bersifat
menanamkan ataupun yang bersifat mengatasi masalah yang ada
3) Pelaksanaan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat, tetapi dengan selalu siap untuk
sewaktu-waktu bila perlu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
4) Evaluasi
terhadap yang sudah dilaksanakan apakah ada hasilnya atau tidak.
5) Hasil
evaluasi tersebut dijadikan bahan penelitian untuk perencanaan peningkatan dan
pengembangan Bintal seperti kesejarahan berikutnya.C
I.
Program
Kerja Bintal
Pembinaan mental sebagai salah satu bentuk kegiatan
yang berupa ajakan baik dalam bentuk
tulisan, lisan, tingkah laku, dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
terencana dalam usaha mempengaruhi para anggota agar timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran, siskap penghayatan serta pengamatan ajaran agama sebagai
pesan yang disampaikan kepada mereka tanpa adanya unsur paksaan.
Dalam pelaksanaan pembinaan mental
pada anggota militer TNI AU mempunyai beberapa program yang di terapkan,
seperti :
1) Pembinaan
Mental Rohani
2) Pembinaan
Mental Idiologi
Program kerja pembinaan
mental idiologi ini adalah dilaksanakannya pemberian materi pembinaan kepada
prajurit TNI AU dengan mengunakaan materi yang berpedoman pada: Pancasila, UUD
1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional
3) Pembinaan
Mental Tradisi Kejuangan
Program yang
dilaksanakan oleh Pembina Mental ini yaitu: Menyelenggarakan upacara pada
hari-hari besar Nasional;Menyelenggarakan upacara hari-hari besar TNI dan TNI
AU; Mengadakan ceramah dan penyuluhan-penyuluhan Pembinaan tradisi kejuangan;
Apel bersama TNI-POLRI untuk merapatkan barisan dalam mengawal keamanan NKRI
dan kesejahteraan masyarakat; Menyelenggarakan upacara militer dan pemakaman
anggota TNI AU yang masih aktif dan purnawirawan yang mempunyai tanda bintang
jasa[7]
J.
Materi
Pembinaan
Materi bintal yang digunakan pada hakikatnya adalah
materi yang mendukung pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Berdasarkan
pemikiran bahwa Bintal TNI pada hakikatnya adalah upaya pembinaan sikap dan
perilaku terpola sesuai dengan nilai-nilai Undang-Undang Dasar 1945 dan TNI,
maka materi dasar Bintal TNI adalah materi yang mengandung nilai-nilai
tersebut, dengan segala bentuk perwujudan, penjabaran dan pengembangannya
materi tersebut diarahkan untuk memberikan pemahaman pengetahuan yang kemudian
akan menumbuhkan sikap mental dan perilaku.
Berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan beberapa anggota Seksi Pembinaan Mental, maka diperoleh data bahwa
struktur materi berdasarkan komponen Bintal adalah seagai berikut :
1) Materi
Pembinaan MentalRohani (Binroh) bersumber pada nilai-nilai ajaran agama.
2) Materi
Pembinaan Mental Ideologi (Bintalid) yang bersumber pada nilai-nilai ideologi
pancasila
3) Materi
Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan (Bintra Juang) yang bersumber pada nilai
budaya dan tradisi keprajuritan bangsa indonesia.
K.
Implikasi
Pembinaan Mental Prajurit TNI AU
Teori fungsional memandang masyarakat sebagai suatu
lembaga sosial yang berada dalam keseimbangan; yang mempolakan kegiatan manusia
berdasarkan norma-norma ang di anut bersama serta dianggap sah dan mengikat
peran serta manusia itu sendiri. Lembaga-lembaga yang komplek ini secara
keseluruhan merupakan system sosial yang setiap bagiannya saling teragantung dengan
semua bagian yang lain; sehingga apabila terjadi perubahan dari salah satu
bagian maka akan mempengaruhi bagian yang lain yang pada akhirnya mempengaruhi
kondisi secara keseluruhan[8]
Sesuai
dengan teori di atas bahwa perubahan sosial yang terjadi di komplek TNI AU pada
awalnya adalah upaya merubah sikap dan tingkah laku dari prajurit TNI AU.
Perubahan tingkah laku dari prajurit inilah yang pada akhirnya membawa
perubahan ke wilayah yang lebih luas yaitu kemanan, ketentraman, bahkan
perubahan tingkah laku sesuai dengan pedoman Sapta Marga TNI yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan TNI AU.
Pembinaan mental di kalangan militer
merupakan upaya rehabilitas para prajurit di dalam menghadapi berbagai macam
bentuk masalah, baik yang ditimbulkan dari dalam diri pribadi maupun yang
ditimbulkan lingkungan masyrakat pada umumnya. Pembinaan mental yang diberikan
adalah merupakan suatu bentuk kegiatan atau usaha psikologis untuk menanamkan
ajaran agama dan dapat menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran
agama, juga agar diri personil dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama
sehingga dapat mencapai kebahagiaan, kesejahteraan dan keselamatan serta sabar
dan percaya kepada Tuhan di dalam hidupnya juga membentuk pribadi yang kuat
imannya.
L.
Konsep
Penyelenggaraan Pembinaan Mental TNI AU
Dengan mengetahui perkiraan keadaan yang akan datang
TNI dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi, baik dalam kaitan tugas pembangunan maupun dalam menjaga kelangsungan
hidup bangsa dan negara[9].
Keadaan yang akan datang mungkin
dapat diidentifikasi, namun disadari bahwa realita tetap sulit dipastikan.
Perubahan-perubahan akibat perkembangan ilmu pengetauan dan teknologi demikian
cepat dan mendasar, sehingga keadaan yang akan datang sulit untuk diramalkan
dan serba tidak menentu. Dalam situasi demikian dan dihadapkan pada kepentingan
pembangunan nasional umumnya, pembangunan pertahanan dan keamanan negara
khususnya, langkah yang diambil oleh TNI yaitu mewujudkan TNI yang relatif kecil,
tetapi efektif dan efisien dengan profesionalisme tinggi dan mental yang
tangguh untuk itu pembinaan mental perlu lebih ditingkatkan peranannya.
Perubahan-perubahan yang sangat
cepat dan mendasar serta kepentingan pembangunan menuntut dikembangkannnya
pembinaan mental agar mampu menunjang upaya-upaya untuk mewujudkan TNI yang
memiliki ketahanan mental yang tangguh. Perubahan-perubahan membawa banyak
pengaruh terhadap nilai budaya bangsa, baik secara positif maupun negatif.
Nilai-nilai baru dapat memperkaya dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ada,
namun sebaliknya dapat juga merupakan ancaman yang dapat mengubah bahkanmungkin
merusak nilai-nilai budaya yang telah di yakini dan dihayati mampu membimbing
bangsa indonesia mencapai cita-cita nasionalnya. Dalam kondisi demikian sangat
diperlukan keuletan dan ketangguhan, untuk secara kenyal dapat menghadapi
berbagai pengaruh yang timbul sebagai dampak dari perubahan-perubahan tersebut.
Kenyal mengandung makna terbuka dan dapat mengakomodasi perubahan dan
perkembangan namun tetap tidak berubah nilai hakikinya. Untuk itu dituntut
kepekaan, daya tanggap dan kemampuan mengantisipasi dalam menghadapi tanda-tanda
zaman. Di satu sisi dibutuhkan kemampuan untuk menyerap dan mengambil manfaat
dari nilai-nilai baru atau asing yang mempengaruhi dan di sisi lain secara
tangguh dan ulet menangkal dan menanggulangi pengaruh yang mengancam
kelestarian nilai-nilai hakikinya.[10]
Perubahan –perubahan dan
permasalahan yang dihadapi tersebut, meliputi seluruh aspek kehidupan, yakni
idiologi, pollitik, ekonomi, sosial budaya, agama dan Hankam. Oleh karena itu,
Pembinaan TNI perlu diarahkan secara menyeluruh meliputi aspek kejiwaan, aspek
fisik dan material serta operasi. Demikian pula pembinaan mental perlu
diarahkan agar tidak hanya menonjolkan salah satu komponen, tetapi harus
ssecara simultan terpadu dan seimbang antara ketiga komponen, yaitu pembinaan
mental rohani, ideologi dan tradisi kejuangan[11].
Dengan arah pembinaan seperti ini
TNI mampu menangkap nilai yang berlaku dan nilai-nilai asing yang datang
mempengaruhinya, mampu menilai mana nilai hakiki (instrinsik) yang harus
dipertahankan dan mana nilai sementara (ekstrinsik) yang perlu disesuaikan.
Dengan kemampuann menginterpretasikan seluruh situasi dan kondisi secara
komprehensif ini TNI akan dapat membangun dirinya tanpa harus kehilangan
kepribadiannya.
Melalui penerapan Bintal fungsi
komando akan lebih terjamin intensifikasi dan extensifikasi Bintal, serta
keteraturan dan kesinambungannya. Dalam rangka pemantapan tersebut masalah
penyamaan persepsi dan pemahaman tentang bintal TNI pada umumnya dan Bintal
fungsi komando pada khususnya merupakan masalah utama dan pertama di samping
perangkat pendukung seperti piranti lunak dan tenaga pelaksana.
III.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dalam
makalah ini kita mampu mengetahui bagaimana para TNI AU mengasah kemampuannya
bukan hanya fisik tapi juga rohani perlu di kembangkan agar prajurit-prajurit
ini siap secara lahir dan batin. Serta perjuangan para TNI AU yang telah
membela negara ini dalam menjalani tes yang tak mudah agar tercipta kulitas
yang baik dari para TNI AU.
B.
SARAN
Agar
lebih efektif lagi dalam memilih prajurit-prajurit,memilih prajurit yang memang
berkualitas baik dan bukan karena hanya uang yang membuat mereka menerimanya,
tapi juga kualitas fisik dan rohani yang mampu menunjang terciptanya
prajurit-prajurit yang berkualitas di indonesia.
[1] Markas Besar ABRI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Mental ABRI:(Jakarta:DIRWATPERSAU,1997),
h.10.
[2] Dokumentasi Seksi Bintal Lanud
Adisutjipto Yogyakarta tahun 2009.
[3] Markas Besar TNI, Himpunan Materi Pembinaan Mental TNI(Jakarta:
Dinas Pembinaan Mental,1981), h.46-47
[4] Subdit Bintal Diswatpers TNI AU, Petunjuk pelaksanaan Lapangan Pembinaan Mental Fungsi Komando(Jakarta
: Kasubditbintal,1997), h.6-8
[5] Markas Besar TNI, Himpunan Materi Pembinaan Mental TNI(Jakarta:Dinas
Pembinaan Mental,1981), h. 11-15
[6] Observasi di kantor Seksi Bintal
pada tanggal 28 april 2009
[7] Wawancara dengan Drs. H. Subarto,
Selaku Pembinaan Rohani Islam Bintal,
di kantor seksi bintal tanggal 5 Des 2008
[8] Thomas F. O’Dea, Sosiologi agama, Terj: Tim Penerjemah
Yasogama(Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 1966), h.3.
[9] Mismar Anas, Materi Pelajaran Kursus PerwiraPembinaan Mental TNI Tentang Doktrin
Penampilan TNI(Sad Daya Dwi Bakti 1994)(Jakarta : Mabes TNI, 1998), h.1-2
[10] Pada dasarnya hakikat penampilan
TNI adalah kemampuan mengidentifikasikan
diri dalam setiap bentuk dan wujud pelibatan, serta dengan efektif dan
efisienmenanggulangi tiap permasalahan di seluruh spektrum ancaman. (baca:
Doktrin Penampilan TNI, h. 12.).
[11] Pangab, Petunjuk Lapangan Pembinaan Mental Fungsi Komando, (Jakarta: Mabes
TNI No. Skep/431/VII/1992), h.14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar